Senin, 14 September 2009

STIMULUS EKONOMI YANG BELUM MULUS

STIMULUS EKONOMI YANG BELUM MULUS
By Syamsul Bahri, SE (Pengamat Lingkungan di Jambi/Conservationis di TN Bukit 12, Dosen STIE SAK Kerinci)
 

Krisis ekonomi global yang melanda seluruh dunia, termasuk Negara Indonesia, direpotkan untuk mempertahankan kekuatan ekonomi, meminimalkan dampak krisis, telah memukul sejumlah negara berkembang. Krisis membuat aliran modal keluar, menurunkan bantuan, dan menghambat ekspor. Tahun ini diperkirakan 400.000 bayi akan meninggal sebagai dampak tak langsung dari krisis ekonomi, di luar kematian rutin (Presiden Bank Dunia Robert Zoellick di Brussels, Belgia, Sabtu (21/3)

Untuk mengatasi krisis, hampir semua negara sudah dan akan mencanangkan stimulus atau peningkatan anggaran pemerintah untuk menggenjot permintaan. Juga sudah dibahas rencana penyelamatan perbankan yang didera kredit macet dan enggan menyalurkan kredit.

Begitu juga dengan negara Indonesia, yang sudah direncanakan stimulus ekonomi pada bulan Maret 2009, namun sampai saat ini Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) belum turun sehingga proyek-proyek yang dibiayai dengan anggaran stimulus juga belum bisa dikerjakan, pada hal kondisi triwulan I sudah hampir habis.

Kondisi ini memang dirasakan sangat terlambat, karena baik menteri, Gubernur, bupati/wali kota, kayaknya tidak fokus untuk mensukseskan stimulus tersebut, mereka lebih disibukan dengan perjuangan Partai dalam menyukseskan Partai dan caleg dalam memenuhi BPP baik di Propinsi, Pusat, Kabupaten dan Kota, hal itu cukup beralasan, karena apa yang diraih hari ini sudah hampir berakhir, dan yang harus di kejar adalah kekuasaan pasca Pemilu Tahun 2009, terutama untuk dapat mengusung Capres dan Wacapres.

Walaupun secara pondamental kekuatan ekonomi Indonesia merupakan yang cukup kuat di Asia Tenggara, yang didukung pasar domestik. Di sini peran dari konsumsi rumah tangga menjadi krusial, yaitu proporsi konsumsi rumah tangga terhadap produk domestik bruto sekitar 65 persen. Jika konsumsi rumah tangga dapat tumbuh 5 persen, pertumbuhan ekonomi dari konsumsi rumah tangga sudah 3,25 persen, disamping mungkin pengaruh konsumsi Pesta Demokrasi

Stimulus disadari merupakan penanggulangan jangka pendek, namun diharapkan akan memberikan pengaruh yang positif jangka panjang terutama dalam mendukung ekonomi berbasis pertanian secara intensif, untuk memperkuat pondamental ekonomi yang terbukti meberi andil yang cukup besar mempertahankan kekuatan ekonomi dalam berbagai krisis ekonomi

Karena krisis ekonomi global, tidak hanya dipengaruhi oleh financial (fiskal dan moneter), tetapi juga dipengarhi oleh perubahan iklim globbal, dimana bancana alam, yang menimbulkan berbagai kerusakan potensi ekonomi terutama ekonomi berbasis pertanian, dengan tidak mengabaikan sektor lain seperti perindustrian, yang membawa pengaruh terhadap berbagai aspek. 

Sehingga stimulus tersebut dapat memahami kondisi yang menjadi persoalan pokok dalam perekonomian Indonesia, tentunya stimulus akan memberikan dampak peningkatan daya beli masyarakat.
Pemilihan prioritas stimulus dan pembiayaannya jadi penting. Inilah yang akan membuat stimulus menjadi efektif, dihartapkan kebijakan pemanfaatan Dana Stimulus diarahkan bagi sektor pertanian darat maupun laut dan faktor pendukung kegiatan Pertanian adalah kerusakan hutan dll, khususnya bagi pertanian sekaligus mengurangi ketergantungan pada produk pertanian asing dan menambah dorongan pro produksi dalam negeri serta, hal ini mengutip statemen Duta Besar PBB untuk Millenium Development Goals (MDGs) Asia Pasifik, Erna Witoelar menyatakan perusakan lingkungan menyebabkan masyarakat semakin miskin karena rusaknya sumber daya potensial. "Angka kemiskinan akan terus naik seiring dengan kerusakan lingkungan," Berdasarkan hasil evaluasi program MDGs di Asia Pasifik, tahun 2006 Indonesia dinilai mengalami penurunan pencapaian target MDGs. "Penurunannya sangat parah," kata dia dalam diskusi "Pemenuhan dan Pemulihan Keadilan Ekologis,". Penyebab utamanya adalah bencana alam akibat kerusakan ekologis dan konflik politik. Mundurnya pencapaian pembangunan itu, kata dia, menyebabkan masyarakat semakin miskin, akses pada sarana pendidikan dan kesehatan minim dan lingkungan yang semakin rusak. 

Memang kenyataan ini, belum banyak dilirik dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia, sehingga beberapa kajian Indikator dan penyebab kemiskinan serta upaya pengentasan kemiskian secara lintas sektoral di Indonesia aspek ekologis sangat minim diperhatikan terutama mengurangi kerusakan ekologis seperti deforestrasi, sehingga kerusakan ekologis sebagai suatu penyebab kemisikinan terbesar baik di desa maupun di kota secara bertahap dan kontinyu serta pasti

Karena pelaksanaan stimulus tanpa mengatasi akar masalah, tentunya tidak akan menyelesaikan masalah atau meminimalkan dampak, tentunya melakukan sesuatu tanpa memberi efek yang pas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar