Jumat, 28 Januari 2011

POTENSI EKONOMI YANG TERABAIKAN (belum terintegrasi fungsi ekonomi dan fungsi konservasi)

POTENSI EKONOMI YANG TERABAIKAN
(belum terintegrasi fungsi ekonomi dan fungsi konservasi) 
Oleh Syamsul Bahri, SE (syamsul-12@yahoo.co.id)

Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh sebagai Kabupaten/kota yang terletak diujung Propinsi Jambi pada ketinggian 300 mdpl-3805 mdpl, dengan suhu berkisar 18˚C sampai 27˚C, memiliki potensi ekonomi yang terabaikan selama ini, karena potensi tersebut baru memiliki nilai konservasi atau lingkungan untuk mencegah banjir, erosi dan pada umumnya tumbuh didaerah yang kritis dan pada topografi berbukit dan berlembah yang melingkari Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh

Potensi yang dimaksud adalah pohon pinus/kayu sigi (Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese) memiliki manfaat ganda yaitu selain menjadi sumberdaya ekonomi langsung dan tidak langsung yang menguntungkan bagi pendapatan masyarakat baik pemilik maupun penyadap dan fungsi hidrologi dan konservasi tanah serta fungsi sosial, yang merupakan primadona utama pengelolaan hutan di dataran tinggi/pegunungan yang banyak memberikan manfaat.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pohon pinus (Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese) di Kabupaten Kerinci dan kota Sungaipenuh mencapai luas lebih dari lima ratus ha ±644 ha, (Asrul Sani ;2005, Analisis Nilai Ekonomi Langsung dari Kayu Pinus (Pinus mercusii) dalam bentuk Getah di Kecamatan Sungai Penuh-Kabupaten Kerinci”) dan diperinci diwilayah Kabupaten sebesar 46,3%, dan Kota Sungaipenuh seluas 53,7%, rata-rata berumur diatas 15 tahun  pada umumnya menyebar di lahan masyarakat, yang ditanam semenjak tahun 70-an sebagai tanaman reboisasi dan penghijauan oleh Pemerintah, disamping itu, bahwa Kerinci juga memiliki jenis pohon pinus endemik (Pinus merkusii Strain Kerinci) atau kayu sigi yang hidup didalam hutan TNKS wilayah Bukit Tapan, Pengasi dan Hutan Adat Hiang dan pungut.

Pohon pinus dengan sifat sebagai tanaman perintis secara alamiah telah menyebar di daerah lahan kritis dan lokasi bekas longsor, memiliki fungsi konservasi yang tinggi, juga memiliki nilai fungsi ekonomi yang cukup potensial jika dikelola dengan baik melalui managemen Community based development agroforestry secara partisipasi aktif masyarakat tentunya dengan managemen ekonomi berbasis koperasi.

Dengan umur rata-rata diatas 15 tahun yang merupakan umur potensi ekonomi  yang matang untuk diolah melalui penyadapan getah pinus, serta melakukan pemulian dan peremajaan pohon pinus terutama di lahan-lahan kritis yang cukup luas di kabupaten Kerinci dan kota Sungaipenuh.

Potensi pinus yang ada saat ini, memungkinkan sebagai suplayer perusahan pengolahan getah yang ada di Pulau Jawa, saat ini sangat kesulitan bahan baku, dengan kelayakan harga yang menguntungkan bagi petani, serta jika terjadi pemulian dan pengembangan penanam pinus tersebut, tentunya tidak menutup kemungkinan untuk membangun pabrik pengolahan di Kabupatabn atau kota.

Memang diakui, di beberapa wilayah di Indonesia pengolahan getah pinus menjadi Nilai tambah pendapatan petani/masyarakat (Value addition in-come) dan menjadi salah satu sumber PAD, seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Propinsi di Sulawesi serta Sumatera, disamping harus memenuhi pasokan dalam negeri, juga dieksport  ke negara tujuan seperti Belanda, Prancis, dan AS, sedangkan di Asia antara lain India, Singapura, dan Pakistan.

Sesungguhnya pembangunan pada umumnya dimaksudkan untuk meningkatkan perkembangan ekonomi regional maupun bilateral sehingga secara langsung dapat meningkatkan derajat kehidupan masyarakat yang lebih baik, disamping itu untuk meletakan landasan yang kokoh bagi tercapainya keadilan sosial

Pembangunan bidang kehutanan merupakan bagian yang terintegrasi dengan pembangunan sektor lainnya dan dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitarnya, sehingga pembangunan Kehutanan lebih ditujukan pada 3 tujuan utama yaitu (1) Peningkatan daya guna sumber alam secara maksimal dan lestari, (2) Peningkatan taraf hidup masyarakat banyak, (3) Peningkatan sumber penghasilan (devisa) negara.

Sehingga, dengan melihat bentang alam dan potensi Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh sebagai wilayah yang memiliki konsekwensi dan tanggung jawab melestarikan dan memanfaatkan Taman Nasional Kerinci Seblat secara lestari, tentunya pembangunan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat dalam kontek peningkatan pendapatan dan ekonomi dan PAD secara berkelanjutan untuk mengambil suatu langkah maju bagi pemanfaatan salah satu sumber daya alam yang selama ini belum terkelola secara maksimal yaitu Pengusahaan getah pinus merkusi (Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese) dan Kayu Sigi (Pinus mercusii strain Kerinci) yang di olah menjadi Gondorukem dan Terpentin. Hal ini merupakan salah satu bidang usaha bagi tercapainya tujuan di atas, terutama bagi masyarakat disekitar pemilik lahan dan sekitar hutan.