Senin, 14 September 2009

ANDAIKAN DIDUNIA TIDAK MENGANUT SISTEM EKONOMI KAPITALIS

ANDAIKAN DIDUNIA TIDAK MENGANUT 
SISTEM EKONOMI KAPITALIS
(SDA tidak terkuras dan kedamaian dalam hidup akan bertahan lama)
(By Syamsul Bahri, SE Conservationis di Jambi, Dosen pada STIE SAK Kerinci)

Ekonomi kapitalis sebuah perjalanan sejarah yang cukup panjang di dunia ini, yang dimulai dari fase Pertama yang merupakan periode kolonialisasi, merupakan perkembangan kapitalisme di benua eropah, yang melakukan ekspansi untuk mendapatkan barang-barang mentah, yang merupakan bentuk penjajahan secara ekonomi dan fisik, serta sosial kemasyarakatan di daerah jajahan dan berakhir setelah negara jajahan memperjuangkan kemerdekaannya, atau diberikan kemerdekaannya. Fase kedua yang merupakan fase neokolonilsme, ketika penjajahan tidak lagi bersifat fisik secara langsung melainkan melalui penjajahan idiologi, fase kedua ini dikenal dengan era developmentalisme, dimana negara bekas penjajah masih mendominasi bekas negara jajahan, yaitu melalui kontrol terhadap ekonomi dan proses perubahan sosial negara bekas jajahan fisik, yang dirancang untuk perubahan sosial ekonomi negara-negara dunia ketiga, namun juga gagal untuk mewujudkan kesejahteranan, yang melibatkan negara-negara besar, secara awal intervensi negara besar untuk memberikan perlinduingan pada negara dunia ke 3, justru menimbulkan gejoal civil. pada fase ini justru eksploitasi sumber daya alam, dengan meninggalkan kearifan lokal dan memarjinalkan masyarakat, fase ini kebijakan ekonomi dunia dipengaruhi oleh agen-agen neokolonialsme berbentuk WTO, IMF, Bank Dunia yang merupakan aktor dan agen globalisasi, denga memberikan resep dan rekomendasi dikenal dengan Program Penyesuaian Struktural (Structural Adjusment Programme-SAP) kepada negara-negara dunia ketiga yang berintikan menciptakan ketergantungan duina ketiga berkaitan dengan utang dengan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan melalui Program Penyesuaian Struktural (Structural Adjusment Programme-SAP) justru mempuruk dunia ketiga, akibatnya terjadi krosi ekonomi dunia tahun 1997, bahkan melibatkan agen rahasia untuk membuat sebuah scenerio intervensi militer yang secara hakiki merupakan intervensi ekonomi, sehingga beberapa pemimpin yang tidak kooperatif akan ditumbangkan dengan berbagi cara dan staretgi, agar mau dan bisa bekerja sama. 

Akaibat dari dua fase tersebut diatas, terkurasnya Sumber Daya Alam, karena di negara ke 3, keterbelakangan pendidikan, dan lemahnya sistim ekonomi yang mengakibatkan banyak utang, serta rusaknya ekologi, serta terjadinya krisis civil, kondisi ini juga berlaku bagi negara dunia ke yang memiliki kekayaan minyak dan gas bumi, sehingga jarak antara si miskin dan si kaya semekin lebar, bahkan startegi untuk mengusai SDA yang berada di Negera Dunia ketiga, tidak hanya melalui jaraingan ekonomi, bahkan sampai melalui jaringan pemutaran balik fakta melalui intelejen untuk mencipatakan tekanan baik ekonomi maupun politik, bahkan sampai pada peperangan, sehingga motif HAM Internasional dan Teroris Global hanya sebuah grand design untuk memainkan peran diplomatik dan mempengaruhi publik untuk kepentingan ekonomi.

Fase selanjutnya adalah pasar bebas
Apa yang dirasakan oleh dunia ke III dan dunia saat ini, krisis ekonomi, kelangkaan pangan dan kemiskinan serta gejolak Politik Civil dan Meliter merupakan sebuah hasil dari sistim ekonomi kapitalis dengan pola yang kuat menguasai yang lemah, yang kaya menguasai yang miskin, yang pintar menguasai yang tidak pintar, sehingga memunculkan dampak global yaitu perubahan pemanasan global (Global Climate Change) yang membawa pengaruh signifikan terjadap hidup dan kehidupan dunia, kemiskinan semakin melebar, baik miskin secara ekonomi, maupun miskin secara sosial.

Sebagaimana judul diatas, “Andaikan didunia tidak menganut sistem ekonomi kapitalis”, maka jarak antara yang kaya dengan miskin tidak akan terjadi, mungkin jarak yang kaya dengan yang belum kaya, Sumber daya alam tidak dilihat hanya sebagi faktor ekonomi, pendidikan akan berjalan sesuai dengan proses dan kemampuan negara, gejolak sosial dan peperangan bermotof ekonomi tidak terjadi

Ambruknya Wall Street dan krisis finansial yang mengguncang ekonomi dunia akibat krisis subprime mortgage di AS mengingatkan semua pendukung free market economy untuk berpikir ulang. Bahwa ekonomi pasar bebas yang tidak disertai transparansi, kejujuran, akuntabilitas, dan tanggung jawab akan berujung pada kebangkrutan. 

Tapi, bukan berati menyimpulkan bahwa kehancuran krisis ini adalah sinyal untuk kembali ke ekonomi terpusat, ekonomi komando, atau ekonomi dengan peran sangat dominan negara. Sejarah berbagai negara maju menunjukkan ekonomi pasar bebas mampu mengantarkan rakyatnya lebih cepat meraih kemakmuran dan kesejahteraan dibanding negara-negara yang terlalu mengandalkan peran negara dalam perekonomian.

Ambruknya perusahaan finansial di AS dihuni segerombolan orang yang hanya berusaha meraih keuntungan, meluas sampai pada dunia ke 3 dalam krisis finansial serius lebih disebabkan oleh kerakusan para pemodal pebisnis dan profesional di pasar finansial. apa pun caranya, termasuk rekayasa keuangan, demi menggapai gaji dan bonus besar. Kerakusan itu bertumbuh subur karena kevakuman hukum dan minimnya pengawasan

Teori ekonomi capitalis yang hampir hancur tersebut, hendaknya mengarah kepada perubahan yang berintikan, planet yang harus diselamatkan, kemiskinan yang harus dientaskan, keuntungan yang proforsional, yang lebih dikenal dengan 'Tiga P' yakni profit, people, dan planet. Operasional menerapkan dengan konsisten good corporate governance, yakni fairness, transparancy, accountability, dan responsibility. Untuk lingkungan masyarakat dan alam, perusahaan wajib menjalankan corporate social responsibility. bahkan lebih jauh untuk pemlihan pemipin baik negara, perusahaan, maupun daerah, eksekutif maupun legeslatif lebih difokuskan kepada pemimpin yang memenuhi kriteria Emotional & Spiritual Intelligence, yang menggabungkan 3 inti penting dalam menjalankan hidup dan kehidupan, sehingga perusahaan/negara/masyarakat/daerah harus dijalankan oleh orang-orang yang memiliki spiritualitas, emosional dan intelligence, tidak hanya kemampuan secara akademis, agamais, namun memiliki kemampuan EQ,SQ, IQ yang tercermin dalam tindakan jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil, dan peduli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar